Jumat, 19 April 2013

Saudaraku..mari kita sempatkan membaca..kisah Perjuangan Seorang Anak kecil

Saudara2ku..saya berpikiran..yang mungkin sama dengan anda sekarang

mungkin setelah membaca kisah ini akan muncul pikiran-pikiran kita 

Kalau dari sudut Agama..pikiran kita ..Ini sebuah perenungan..apa yang kita bisa perbuat sebagai sesama umat Ciptaan Tuhan..Kita sama diciptakan Tuhan dengan 4 anak kecil itu..??

kalau dari Sudut Politik..pikiran kita ..Dimana ya,,yang dikatakan negara kita kaya Gemah Ripah dulu, ..diatas minyak dibawah minyak..sawit, hutan, emas..dll...

kalau dari sudut pendidikan...pikiran kita ...Bagaimana masa depan anak-anak itu nanti..??

kalau dari sudut pandang orang tua...pikiran kita..Sungguh luar Biasa orang tuanya membekali, terutama dulu ibunya saat masih hidup, walau hanya sebentar, tapi mereka cukup dibekali untuk bertahan hidup..meski kecil-kecil mereka tidak mengeluh..tidak minta ini itu..makan apa adanya..boro-boro mau main ke Mal....seperti kebanyakan orang tua yang lain..yang merasa kurang baginya kalau nggak membawa anak-anaknya main ke Mall.

kalau dari sudut pandang kehidupan...pikiran kita..ternyata mereka bisa hidup..padahal banyak keluarga diluar sana  mengalami jauh diatas, tak sanggup hidup..

Nah sekarang mari kita baca...


VIVAnews - Di usia baru 13 tahun, Tasripin sudah bekerja keras menghidupi tiga adiknya. Di sebuah sudut Dusun Pesawahan, Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah, Tasripin meninggalkan bangku sekolah karena tak mampu membayar SPP dan memilih bekerja di sawah orang demi memberi makan Dandi (7), Riyanti (6) dan Daryo (4).

Mereka menempati sebuah rumah berdinding kayu berukuran 5 kali 7 meter per segi. Ayah dan kakak tertua mereka merantau ke Kalimantan, sementara ibu mereka meninggal setahun yang lalu tertimpa longsor. Alhasil, tinggallah empat kakak-beradik itu bertahan hidup seadanya.

Warga sekitar yang bersimpati pada mereka kerap memberi makanan, baju dan uang. Tawaran untuk mengasuh mereka juga datang, namun Tasripin menolak. 

Keberadaan mereka pun akhirnya terungkap luas setelah muncul berita di media massa lokal. Kemarin, Minggu 14 April 2013, Kepala Kepolisian Resor Banyumas Ajun Komisaris Besar Dwiyono bersama sejumlah bawahannya datang menemui mereka.

Kapolres membawa bahan pokok dan makanan pizza. Keempat kakak beradik itu pun diajak makan bersama. Mereka pun makan pizza yang mungkin baru pertama kali dalam seumur hidup mereka makan.

Tasripin mengaku senang banyak orang yang datang perhatian memberikan bantuan. "Seneng, dadi akeh sing teka meng umah, dadi akeh panganan, dadi adine ora pada rewel," kata Tasripin yang dalam Bahasa Indonesia berarti "Senang, jadi banyak yang datang ke rumah, jadi banyak makanan, jadi adik-adik tidak rewel."

Kapolres Banyumas AKBP Dwiyono menyatakan sangat terenyuh melihat berita tentang Tasripin. Tasripin yang masih anak-anak harus tidak sekolah dan mengurus adik-adiknya yang masih kecil. Kapolres akan mengupayakan agar Tasripin dan ketiga adiknya dapat bersekolah, selain tentu memasok sembako buat mereka.

Sementara itu, upaya berbagai pihak untuk membawa Tasripin dan ketiga adiknya ke panti asuhan tidak ditanggapi Tasripin. Tasripin ingin tetap tinggal di desanya. Tasripin berharap agar ayahnya Kuswito dan kakaknya Natim yang bekerja di Kalimantan segera pulang untuk membantu mengurus ketiga adiknya.

Tasripin ingin kembali melanjutkan sekolah dasar yang pernah ditinggalkan pada saat kelas 3. Tasripin ingin bekerja memelihara kambing agar dia dapat melanjutkan sekolah, membeli televisi untuk hiburan ketiga adiknya, serta memperbaiki rumah agar adiknya dapat tidur nyenyak tanpa terkena bocor saat hujan.
Derita Bermula

Tasripin terpaksa harus merawat tiga adiknya karena Satinah, sang ibu, telah meninggal dunia setahun yang lalu karena tertimpa longsoran tanah saat tengah bekerja mencari pasir. Sementara ayah dan kakak mereka telah merantau jadi buruh di perkebunan kelapa sawit di Kalimantan.

Setiap bulan Tasripin mendapat kiriman uang dari sang ayah yang bekerja di Kalimantan sebanyak Rp800 ribu, namun sebelum kiriman berikutnya datang, uang kiriman sudah habis. Tak jarang Tasripin bingung saat adik-adiknya menangis minta dibelikan jajan sementara uang kiriman ayahnya sudah habis, Tasripin pun harus bekerja serabutan agar sang adik dapat membeli jajan dan makan.

Selain bekerja, pagi hari, Tasripin sudah harus mengurus adik-adiknya yang masih kecil. Dari mulai mandi, mencuci baju adik-adiknya, menyiapkan makan, dan lalu pergi bekerja. 

Menurut tetangga Tasripin, Salimudin, hanya adik Tasripin yang paling kecil, yang berusia empat tahun, sekolah di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) karena di Dusun Pesawahan hanya ada satu sekolah yaitu PAUD itu. 

Tasripin saat ini hanya berharap agar sang ayah dan kakak pulang dan membantu mengurus ketiga adiknya. "Pak, sini pulang. Saya sudah capek mengurus anak anak, saya masih ingin bekerja agar dapat melanjutkan sekolah."

Sementara Tasripin ingin kembali melanjutkan sekolah agar memiliki masa depan yang lebih baik. Selain sekolah, dalam bayangan Tasripin saat ini, Tasripin ingin sekali memiliki kambing untuk dipelihara dan dikembangbiakkan. Jika berhasil, Tasripin ingin membelikan televisi agar adik-adiknya dapat tenang di rumah. Selain itu, Tasripin ingin memperbaiki rumah agar adik-adiknya dapat tidur dengan nyenyak tidak terkena bocor saat hujan.